Jika saya (guru) memberikan perhatian kepada siswa dan mereka merespon dengan baik, maka tujuan dari interaksi agar siswa lebih aktif dan mudah mengutarakan pendapatnya terpenuhi. Namun jika saya (guru) memberikan perhatian kepada siswa dan mereka tidak merespon, di saat itulah, saya mengajarkan keikhlasan untuk memberi tanpa harus menerima.
Saya memiliki cita-cita tinggi yang mungkin seharusnya tidak perlu dicapai. Cita-cita saya adalah menjadi satu-satunya orang yang dapat dipercaya di dunia ini ketika sudah terlalu banyak orang yang tidak dapat dipercaya. Namun, sebaiknya hal tersebut janganlah terjadi karena saya yakin jumlah orang yang dapat dipercaya di dunia ini masih banyak. Kalaupun tidak menemukan di sekitarmu, maka jadilah salah satunya.
Ketika, ada siswa saya berjuang dalam kompetisi atau lomba, saya tidak akan menuntut untuk meraih gelar juara. Saya akan instruksikan agar dia berusaha semaksimal mungkin dan menikmati iklim kompetitif. Karena menurut saya lebih penting bagi anak-anak seusia sekolah dalam mengasah mental berkompetisi, daripada harus terbebani untuk membanggakan guru atau siapapun yang mendukungnya. Iya, penting juga pengakuan gelar atau capaian juara sebagai bukti kejayaan, namun bisakah kita menikmati momentum dalam kompetisi dan melihat jangka panjang agar tercipta mental kompetitif yang selanjutnya mengarah ke kolaboratif demi kemajuan bersama? Saya sudah banyak melihat jiwa oportunis yang hanya melihat titel atau raihan gelar sebagai yang dibanggakan. Kemudian mereka berakhir dengan hidup yang penuh beban, tidak nyaman menjalani hidup jika tidak memenangkan sesuatu, dan cenderung memikirkan diri sendiri dan parahnya adalah, bisa jadi agar tetap mempertahankan titel juaranya agar tidak malu, mencari segala cara. Untuk itu, nikmatilah masa-masa pengembangan diri kalian, nak. Ada saatnya berkompetisi, ada saatnya berkolaborasi. Ada saatnya berjuang, ada saatnya istirahat. Gelar juara memang kebanggaan, tapi bukan segalanya. Hidup kalian penuh makna, tanpa harus melulu mengejar juara. (Santoso, 2022)
Ketika kamu adalah cowok yang tidak ganteng, maka jadilah humoris. Setidaknya kamu bisa menjadi penghibur dirinya di kala dia sedih. Setelah dia kembali bahagia, saatnya tugasmu berakhir, karena dia akan kembali kepada cowok yang dicintainya. Ya benar, kamu hanya bisa membuatnya tertawa, tapi tidak sampai pada mengambil hatinya. Itu tidak mengapa, setidaknya mengajarkan kita untuk berjuang dengan ikhlas untuk membawa kebahagiaan pada orang lain. Urusan kita bahagia, dipikir nanti saja. Kelak waktu itu akan tiba. Semoga. (Santoso, 13 September 2023)
Dalam menjalankan pekerjaan sebagai guru saat ini, saya merasa tidak relevan lagi untuk menuntut para siswa mencapai hasil terbaik di bidang mata pelajaran yang saya ampu. Saya sadar bahwa mata pelajaran saya bukan satu-satunya yang mereka pelajari, bahkan bisa jadi tidak terlalu berpengaruh bagi kehidupan siswa di masa depan. Untuk itu, saya tidak memaksa anak-anak untuk benar-benar menguasai dengan capaian nilai tertinggi untuk mata pelajaran saya. Lebih penting untuk menularkan kecintaan terhadap belajar bagi mereka. Karena jika mereka sudah mencintai belajar dan telah menemukan gaya belajarnya sendiri, maka para siswa akan dengan senang hati mempelajari hal-hal tersebut dan sumber belajar itu bisa dari mana saja. Tidak dengan keterpaksaan dan membuat mereka dapat menekuni apa yang mereka sukai. (Santoso, 13 September 2023)
Komentar
Posting Komentar