Sekolah dan kampus adalah pencetak buruh terbesar di dunia. Para pekerja yang hanya melakukan aktifitas kerja yang rutin, mekanis, nurut standar, dan atasan. Hal tersebut diperparah jika pendidik di institusi tersebut hanya mengajarkan para pelajarnya mencari jawaban dengan AI tanpa mendampingi bagaimana pengelolaannya. Ya yang penting ini lho AI, ini lho jawabannya. Tidak diajarkan mengapa jawabannya itu, bagaimana proses terjadinya jawaban itu. Selamat hari buruh dan pendidikan.
Keluar saja kau dari dunia pendidikan, para guru yang gak niat ngajar. Pas ngajar, gak ngasi apa-apa ke pelajarnya. Bahkan lebih parah lagi kalau anak-anak terpatri dalam ingatannya malah teracuni bahwa "ohh begini ya cara kerjanya. Ohh yang penting cepat selesai. Ohh ga usah capek-capek berproses. Yang penting kegiatan belajar sudah terlaksana dan asyik kok belajarnya. Santai, tanpa beban." Iya, resikonya nanti jangka panjang. Masalahnya pelajar ini manusia yang dianugerahi kemampuan berpikir.
Saya tau, lha apa salahnya bekerja nurut sistem, jadi buruh atau karyawan di suatu perusahaan, dll. Itu engga salah. Tapi yang salah adalah ketika di masa pendidikan, para pelajar tidak diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan berpikirnya dan kemampuan-kemampuan lainnya. Dan itu semakin parah karena pendidik yang masuk di kelasnya asal-asalan saja ngajar, yang penting ngisi waktu nganggur, yang penting jago IT, mengikuti jaman menggunakan AI menyelesaikan soal. Engga begitu cara kerja pendidikan. Pendidik saat ini dituntut untuk membersamai atau sebagai fasilitator pendidikan untuk anak-anak di tengah gempuran berbagai arus informasi yang masuk, serta pendamping anak-anak dalam menggunakan alat IT. Tidak bisa ditinggal begitu saja, yang penting pakai AI, beres. Semua soal ujian ada kok jawabannya di AI. Terus fungsi kemampuan berpikir manusianya bagaimana? Terus ke depannya kalau dibiarkan apa yang akan terjadi? Pemikiran manusia tidak sesempit itu. Hidup pendidikan!
Komentar
Posting Komentar