Penguasa udah ga pake cara lama kediktatoran yang terang-terangan. Tapi sekarang pake alat negara yang legal, demi menjegal dan melanggengkan kekuasaan. Kalau ada yang ngelawan secara keras, tinggal dipanggil, ditawari jabatan, harta, tanah, dah selesai urusan. Jadi gak ada lagi musuhnya. Karena semua dirangkul masuk. Kalau kayak gini, siapa yang berani melawan?
Di timeline saya, orang-orang yg ngepost tanda bahaya (darurat) adalah orang-orang yg saya kenal pemikirannya. Namun yg gak ngepost, ya antara ga paham konteksnya, atau yaa karena mereka bagian dari keluarga besar yg dapat "jatah". Para influencer yg saya liat timeline-nya keliatan kok kemarin dukungan penuh ke mana, terus saat ini posisinya pasti bimbang. Mau protes ke pemerintah ga enak soalnya kan udah dikasi jatah. Walau nurani mau berontak. Hehe. Semangat orang-orang idealis yg masih berjuang.
Emang rakyat ini mayoritas pengen apa sih? Ga usah jauh2 pendidikan tinggi lah ya. untuk makan sehari-hari kan yg paling utama? Oke, kami kasih lah makan gratis, program keberlanjutan pembangunan yg udah keren. Tanpa disadari, semuanya itu ada ongkos atau sesuatu yg harus dikorbankan. Ibarat total uang negara ini 1 triliun, yg awalnya untuk biaya ngasi makan warga gak ada, terus ini buat makan warga, berarti ambil dari anggaran lainnya kan? Nah, akhirnya warga terbius dengan hal ini.
Akhirnya mayoritas warga yg sudah dicukupi dengan makan tadi, yaudah kan merasa pemerintah telah berjasa karena menyediakan kebutuhan hidupnya sehari-hari. Sekali lagi, tanpa disadari bahwa ada hal lain yg harus "dibayar", misalnya pajak yg semakin tinggi, harga bahan bakar yg harus naik karena subsidinya dialihkan, biaya pendidikan yg gila-gilaan, dan lain-lain. Kini, tersisa warga dengan pemikiran kritis dan siap untuk melawan kebijakan penguasa yg seenaknya. Apa yg dilakukan penguasa?
Ya tinggal panggil aja itu rakyat yg berontak. Ditawari jabatan, pekerjaan, atau apapun yg memberikan kepuasan sehingga "suaranya" kembali dikecilkan dan diredam. Penguasa mikir, daripada kita hancurkan dan bantai, nanti kena kasus lagi macam tragedi `65 dan `98, yauda, kita pake cara baru. Gak usah ada musuh, kita rangkul supaya jadi sekutu, dan kita kuasai bersama. Siapa yg jadi korban? Yak, rakyat yg cuma nurut saja dgn kebijakan-kebijakan culas yg dikeluarkan penguasa.
Komentar
Posting Komentar