Kemarin Jumat, saya mengikuti workshop mengenai kewirausahaan di sekolah. Pesertanya adalah para murid yang sudah memiliki usaha atau akan merancang usaha. Pematerinya ada 2, satunya di bidang teori atau dengan latar belakang akademik, satunya lagi di bidang praktisi yang juga kebetulan bidang geraknya di jalur yang selaras dengan ruang lingkup sekolah, yaitu di bidang kesehatan.
Saya mengikuti kegiatan tersebut dengan seksama dan memperhatikan pemaparan dunia wirausaha dari para pemateri.
Beberapa materi pernah saya temui dan pelajari, misalnya dasar-dasar dalam wirausaha (karena pernah ambil mata kuliah kewirausahaan selama kuliah). Beberapa hal baru pun saya dapatkan, seperti inovasi produk di bidang kesehatan yang ternyata ada banyak sekali. Dengan bahan-bahan sederhana yang dapat ditemukan di sekitar rumah atau bahan yang menjadi suatu ciri khas di Balikpapan. Banyak di antaranya berasal dari bahan alami tumbuhan yang mana harusnya saya mengetahuinya juga sebagai anak biologi.
Selanjutnya titik fokus atau perhatian saya bergerak kepada sejauh mana materi-materi kewirausahaan tersebut masuk dan meresap ke dalam pemahaman pelajar SMK di kelas XI dan XII. Saya yakin banyak di antara mereka yang terdaftar sebagai pelaku wirausaha adalah hanya sekedar bantu orang tua jualan, iseng-iseng jualan di sela-sela rutinitas sekolah, atau masih berpikir pendek bahwa, yaudah yang penting jualan. Tidak terlalu jauh memikirkan keuntungan jangka panjang, target pasar, hitung-hitungan bahan baku dikurangi ongkos produksi sampai akhirnya keluar harga jual, dan sekelumit komponen penunjang kegiatan wirausaha lainnya.
Akhirnya, banyak pertanyaan dari para narasumber yang niatnya ingin kegiatan lebih aktif diskusi menjadi terhambat. Beberapa kali harus dipancing dengan bahasa yang mudah dimengerti agar materi mudah disesuaikan dengan pemahaman para murid. Tidak ketinggalan, guru yang menjadi moderator kegiatan pun memberikan stimulus berupa penjelasan ulang mengenai materi yang dijelaskan. Memang agak berat menyampaikan sesuatu yang bersifat teoritis akademik dalam wirausaha ke dalam pemahaman para pelajar yang menganggap bahwa, yaa jualan yaa udah jualan saja. Kadang untung, kadang rugi ya wajar. Yang penting tetep jalan. Bagaimana mengangkat mental wirausaha yang tadinya hanya sekedar jualan menjadi "dengan ilmu ini, usahamu akan lebih stabil dan bisa berkembang luas lho." Sampai pada tahap berinovasi menemukan ide-ide baru dalam pengembangan wirausaha dengan basis kesehatan.
Saya pun menemukan peran pentingnya guru di sini, yaitu sebagai penghubung yang menjembatani antara yang ada dalam pemaparan para ahli dan praktisi kepada pemahaman level siswa. Dari sini makin yakin bahwa peran guru tidak tergantikan walaupun bermacam peralatan canggih untuk keilmuan dihadirkan. Para murid masih membutuhkan sosok yang dapat menangkap "frekuensi" gelombang pemikirannya dan menyambungkannya ke dalam ilmu pengetahuan yang tersebar luas di kehidupan. Para murid dalam tahap yang harus mengenali konsep-konsep baru yang terasa asing membutuhkan sosok pendamping. Dari situ saya sadar bahwa pentingnya untuk menyamakan frekuensi di tempat kita berbicara.
Misalkan sebagai guru SMK saat ini, saya harus memahami alur pola pikir, kebiasaan, sampai hal-hal yang menjadi trend di kalangan mereka agar pembelajaran saya tetap terasa relevan bagi mereka dan bukan menjadi barang asing, usang, yang sulit untuk mereka cerna. Saya harus bisa menyederhanakan konsep-konsep rumit yang ada di dalam buku teks pelajaran menjadi sesuatu yang mudah dikenali, dicerna, dan diserap oleh pemikiran murid di era terkini.
Begitu pula ketika berinteraksi dengan orang-orang lain dengan kapasitas tertentu, saya berusaha untuk menyamakan frekuensi pemikirannya agar obrolan dapat berlangsung dengan baik. Akan menjadi berat rasanya jika saya menjelaskan konsep rumit saintifik kepada anak seusia sekolah dasar, namun ketika bertemu para ilmuwan, maka hal tersebut menjadi normal dibicarakan.
Bagian kedua yang menjadi titik fokus saya ketika kegiatan tersebut adalah tetap menumbuhkan semangat para peserta workshop untuk bertahan dan mengembangkan diri. Pada suatu waktu, mereka dihadapkan pada pertanyaan oleh pemateri berupa, manakah usaha yang paling menguntungkan dan cepat laku antara makanan dan barang-barang khusus seperti kosmetik. Dengan jawaban yang mengarahkan para peserta untuk mengiyakan bahwa usaha di bidang barang khusus lebih menguntungkan karena lebih awet, tidak mudah basi, dan tahan lama.
Secara tidak langsung hal tersebut bisa saja mengandung tekanan bahwa "ohh selama ini aku salah ya kalau berjualan makanan atau minuman. Jadi selama ini kok jualanku gak laku-laku ya karena aku jualannya makanan dan minuman kali ya. Coba jualan skin care, bisa jadi laris karena pembelinya banyak." Hal tersebut mungkin asumsi saya pribadi karena belum terbukti ada pada pikiran anak-anak. Saya pun mengerti bahwa pemateri memiliki niat positif menggiring anak-anak agar tidak melulu membuka usaha yang itu-itu saja dan agar sesuai dengan bidang kejuruan sekolahnya yaitu kesehatan. Jadi pemateri memancing peserta agar mengeksplorasi bidang kejuruannya yang memunculkan potensi untuk menjadi wirausaha, misalnya dalam bidang farmasi dapat membuat produk kosmetik berbahan dasar alami, lalu bidang keperawatan dapat membuka jasa pelayanan kesehatan, dan sebagainya.
Namun, sebagai guru, saya tergelitik untuk kembali menjembatani pemikiran narasumber dan para murid. Di satu waktu ketika moderator memberikan kesempatan untuk bertanya atau menanggapi, maka saya pun mengacungkan tangan dan memberikan pemikiran saya kepada forum. Saya menceritakan bahwa semasa kuliah, saya pernah berjualan kalkulator saintifik dan jaket khas kampus. Lalu saya memberikan makna bahwa tidak ada yang salah dalam memulai usaha, karena saya menjual kalkulator saintifik yang merupakan barang tidak umum, namun yang terpenting adalah menguasai target penjualan atau market kita.
Jadi saya kaitkan dengan usaha jualan makanan dari murid tadi yang katanya agak kurang laku. Saya coba jelaskan bahwa bisa jadi kurang laku karena mungkin makanan tersebut kurang cocok dengan penduduk di dekat situ karena selera makanan warga situ bukan itu. Begitu pula usaha-usaha lainnya, apabila mengalami sepi pembeli, bisa jadi target pasar atau pelanggannya belum ketemu.
Saya contohkan kalkulator saintifik ini merupakan barang khusus yang biasa dibutuhkan oleh mahasiswa di tingkat dasar. Sehingga sangat cocok jika jualan di lokasi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) tempat saya kuliah di mana setiap mahasiswanya akan melalui mata kuliah matematika dan statistika di mana pasti membutuhkan alat bantu berupa kalkulator saintifik. Begitu pula ketika menjual jaket bertuliskan nama kampus Unair. Target pembelinya adalah mahasiswa baru unair yang bangga dengan nama almamaternya sehingga ingin memiliki pernak-pernik dengan nama kampus. Bisa berlaku untuk stiker, patch, dan sejenisnya.
Maka dari itu, satu ilmu penting yang saya dapatkan selama dulu pengalaman jualan atau wirausaha adalah benar-benar menemukan target pasar atau tujuan dari produk kita. Jika produk kita saat ini tidak laku, hal tersebut tidak selalu berarti gagal dan kita harus ubah produknya, tapi bisa juga karena belum menemukan target pasar yang tepat saja. Lalu saya juga menambahkan juga bahwa semua materi kewirausahaan yang telah dipaparkan oleh narasumber itu bagus untuk mengembangkan diri, namun ada satu hal yang lebih mahal dan susah untuk didapatkan, yaitu adalah ide atau kreatifitas itu sendiri.
Materi-materi tentang ilmu kewirausahaan dapat diakses di google atau di buku-buku pelajaran wirausaha. Namun setelahnya, apa yang harus diperbuat? Maka kita harus menerapkannya dalam usaha. Ketika semua sudah mulai berwirausaha, maka apa yang membuat produk/jasa yang kita tawarkan menjadi dilirik oleh orang lain? Maka dari itu, kita harus membuat produk kita unik atau sedikit berbeda dibanding lainnya. Bagaimana kita bisa membuat produk/jasa kita menjadi unik? Jika sekedar memberi nilai tambah, maka memberi nilai tambah sudah diajarkan di dalam materi kewirausahaan.
Maka dari itu, di sinilah peran pentingnya ide kreasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, yang dapat menyelesaikan masalah. Nah, untuk dapat menemukan ide yang brilian, memecahkan masalah, unik, dan dapat dijalankan tersebut, maka rumusnya menjadi tidak ada yang pasti. Yang bisa dilakukan adalah membaca banyak buku untuk referensi, menonton film, video, berkelana, berdiskusi dengan banyak orang untuk membuka wawasan, sehingga otak akan terasah untuk menemukan gagasan atau ide baru dalam penyelesaian masalah yang dapat dituangkan dalam bentuk produk/jasa dalam wirausaha.
Hal ini menurut saya jauh lebih susah dibanding ilmu wirausaha yang materinya sudah dijelaskan itu tadi. Sehingga jika ada murid yang sudah mengalami olah pikiran atau brainstorming mendalam sehingga dia menemukan ide wirausaha unik yang dapat bernilai, maka hal tersebut menurut saya merupakan sebuah langkah besar yang hebat. Inilah fungsi dari pendidikan di mana manusia dapat mengembangkan potensi dirinya untuk dapat menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan.
Saya sangat hormat dan salut dengan materi wirausaha yang dipaparkan oleh narasumber dari bidang teoritis dan praktisi. Dalam bidang teori, kadang diremehkan dengan kata-kata "halah cuma teori, yang penting kan jalan dulu." Padahal hal tersebut bisa dibantah dengan begini "Misalnya orang yang sukses tanpa teori itu diberi bekal teori yang lebih bagus, apakah mungkin usahanya bisa lebih besar atau lebih efisien?" hal tersebut menunjukkan masih pentingnya teori dalam implementasi di kehidupan.
Begitu pula pada bapak praktisi yang memberikan wawasan kepada saya berupa kreatif dan inovatifnya sosok yang sudah menguasai suatu bidang, lalu mengembangkannya lebih lanjut tidak hanya untuk pengabdian di bidang keilmuannya, namun juga dapat dijadikan usaha, entah untuk memenuhi kebutuhan nafkah pribadi, atau bahkan membuka lapangan kerja untuk memberikan kehidupan pada manusia lainnya. Inovasinya dapat menginspirasi para murid agar mengeksplorasi bidang kejuruannya lebih mendalam untuk Menemukan potensi wirausaha apa yang dapat dilakukan selagi dia bekerja di bidang tersebut.
Setidaknya pola pikirnya dapat terbentuk untuk tidak hanya menjadi pekerja, namun suatu saat bisa menjadi pemilik usaha yang mempekerjakan para karyawan dan menyelesaikan beberapa permasalahan kehidupan sesuai bidangnya. Semoga ilmu pada workshop tersebut bermanfaat, terutama bagi murid dan bagi para guru agar tetap semangat mendampingi tumbuh kembang murid dalam pendidikan karena peran pentingnya.
Komentar
Posting Komentar