Cerita oleh: Aldino
Kamaruddin Santoso
Genre: drama, misteri,
pertemanan
Budi
merupakan seorang karyawan swasta. Suatu saat dia mendapatkan pesan misterius
dari seseorang yang mengaku teman SD-nya. Orang itu mengaku bernama Fahra, seorang
gadis yang tiba-tiba menghubungi Budi. Fahra menghubungi Budi untuk sebuah
keperluan. Dia mengaku kalau saat ini sedang mengalami krisis finansial dan
meminta Budi untuk mengembalikan sejumlah uang beberapa ratus ribu yang dahulu
pernah dipinjam oleh Budi semasa SD. Budi yang merasa kaget dengan hal tersebut
langsung menyangkal bahwa dia tidak pernah meminjam uang kepada Fahra sampai
beratus-ratus ribu. Apalagi pada saat SD uang sakunya tidak seberapa dan tidak
sampai beratus-ratus ribu. Fahra kemudian menambahkan bahwa ia ingat dulu
semasa SD Budi adalah siswa yang nakal. Budi merupakan siswa SD yang tidak
bertanggung jawab dengan uang sekolah yang diberikan orang tuanya untuk
membayar sekolah. Dia menggunakan uang biaya sekolah bulanan tersebut untuk
keperluan lain seperti membeli mainan dan bermain game. Dia berbohong kepada
orang tuanya dengan mengatakan bahwa uang tersebut hilang ataupun telah
dirampas oleh preman di dekat sekolahnya yang gemar melakukan tindakan
pemalakan. Sampai ketika ia tidak bisa berbohong lagi kepada orang tuanya, Budi
yang kelakuan nakalnya sudah sangat parah tersebut meminta dengan paksa uang sekolah
dari teman-temannya dan menghasut teman-temannya supaya berkata pada orang
tuanya bahwa uang tersebut hilang juga sehingga orang tuanya mengganti uang
pembayaran sekolah dengan yang baru. Pada awalnya teman-teman Budi menolak apa
yang dihasutkan Budi tersebut, namun Budi dengan kemampuan mempengaruhi yang
sudah cukup cakap pada masa kecilnya tersebut memberikan ancaman akan membuat
hidup teman-temannya di sekolah tidak tenang dan akan terus mengganggu ketika
di sekolah. Budi yang pandai dalam menghasut juga menawarkan bagian dari uang
tersebut untuk teman-temannya yang menyerahkan uang pembayaran sekolah tersebut
supaya bisa dinikmati secara pribadi juga. Dengan siasat tersebut akhirnya Budi
memperoleh uang dan tetap bisa melakukan kegiatan nakalnya dalam bermain game.
Perbuatan
tersebut juga tidak luput mengenai Fahra ketika masih SD. Fahra yang pada saat
itu masih polos juga merasa ketakutan dengan ancaman Budi dan akhirnya dia
menuruti apa yang direncanakan oleh Budi. Fahra yang merupakan anak dari orang
tua yang kaya juga merasa santai dengan menyerahkan uang pembayaran biaya
sekolah tersebut karena menganggap orang tuanya akan cepat mengganti uang
tersebut dengan mudah tanpa banyak bertanya yang aneh-aneh. Kejadian di masa
kecil tersebut menjadi sebuah pengingat bagi Budi di masa dewasanya sekarang
yang hidup sebagai karyawan swasta yang tiba-tiba dikejutkan dengan pesan chat dari Fahra yang menagih hutang di
masa kecilnya berupa uang beberapa ratus ribu. Fahra mengaku sedang mengalami
krisis keuangan hingga dia harus menjual beberapa barang pribadinya dan
akhirnya dia juga menagih beberapa hutang dari teman-temannya yang pernah berhutang
kepadanya. Hingga Fahra menagih hutang semasa dia kecil kepada Budi. Fahra juga
mengingatkan betapa hutang akan dikenai pertanggungjawaban di akhirat nanti
yang akhirnya menyebabkan Budi menjadi setengah takut dan akhirnya mengiyakan
untuk memberikan uangnya kepada Fahra.
Setelah
mengiyakan permintaan melunasi hutang tersebut, akhirnya chat dengan Fahra dihentikan sementara oleh Budi. Dia
mengingat-ingat kembali apakah ada teman SD-nya yang bernama Fahra. Dia merasa
asing untuk mengenali seseorang yang bernama Fahra diantara teman SD-nya.
“Siapa yaa Fahra itu? Apa diantara teman-teman SD-ku ada teman yang bernama
Fahra?” Budi bergumam dalam hati. Lalu ia kembali mengecek hapenya untuk
melihat di grup chat line nya dia.
Dia sampai pada grup line SD-nya dan langsung menanyakan apakah diantara
teman-temannya tersebut mengenal yang bernama Fahra. Setelah menunggu selama
beberapa menit ternyata chatnya disambut
dengan beberapa chat yang masuk ke
dalam grup tersebut. Teman-teman yang menanggapi chat grup Budi tersebut rata-rata menyatakan bahwa mereka tidak
mengenal yang bernama Fahra diantara teman SD. Ada yang bilang bahwa mungkin
Fahra hanya seseorang yang mengada-ada menjadi teman SD Budi dan mencoba menipu
Budi dengan menjelaskan bahwa Budi mempunyai hutang di masa lalu meskipun
kenyataannya memang Budi merupakan anak yang sangat bandel dan nakal pada masa
kecilnya. Budi kemudian menanggapi dengan mengatakan bahwa si Fahra ini
mengetahui dengan detail perihal masa kecil Budi yang sangat nakal
sampai-sampai menggunakan uang jatah pembayaran sekolah untuk keperluan yang
lain dan sampai mempergunakan uang sekolah dari teman-teman SD-nya.
Akhirnya
terdapat satu orang yang muncul menanggapi Budi dan merasa sepaham dengan
kejadian yang dialami Budi barusan. Dia adalah Muchtar. Muchtar mengatakan
bahwa apa yang menimpa Budi barusan juga dialaminya, yakni ditagih hutang pada
masa kecil karena pada saat itu Muchtar merupakan teman se-genk Budi yang juga
sama nakalnya dengan Budi dan melakukan tindakan pengambilan uang pembayaran
sekolah juga kepada teman-teman SD-nya. Muchtar juga mengaku barusan dikirimi
oleh pesan chat dari Fahra yang
isinya sama persis dengan apa yang dialami Budi. Pesan chat yang hampir sama yang dialami oleh Budi dan Muchtar tersebut
akhirnya mengundang kemunculan dari penghuni grup line SD tersebut. Mereka
menjadi mempertanyakan identitas Fahra yang sebenarnya karena dia mengetahui
masa lalu Budi dan Muchtar namun sosok tersebut benar-benar asing di mata
teman-teman SD Budi. Ada yang beranggapan bahwa Fahra mungkin kakak angkatan
yang bisa saja se-SD dan mengetahui cerita-cerita tersebut dari bapak ibu guru.
Atau mungkin Fahra bukan siapa-siapa yang mencoba melakukan tindak kejahatan
dengan melakukan pemerasan kepada orang lain dengan memanfaatkan kejahatan di
masa lalu. Spekulasi-spekulasi tersebut akhirnya mengundang ide-ide penyelesaian
masalah dari berbagai pihak.
Akhirnya
solusi yang ditawarkan adalah Budi dapat menyerahkan uang permintaan dari Fahra
asalkan cara penyerahannya adalah secara langsung dan tidak melalui transfer
karena pada mulanya Fahra menyarankan sistem transfer yang pada saat ini
dianggap lebih praktis dan cepat. Namun Budi menegosiasikan cara pengiriman
uangnya dengan bertemu secara langsung di sebuah tempat. Pada mulanya Fahra
menolak dengan mengatakan bahwa dia sekarang tidak tinggal dalam satu kota
dengan Budi. Budi kemudian mengatakan kepada Fahra bahwa tidak menjadi masalah
tentang kota bila Fahra benar-benar menginginkan uang yang dapat membantu
krisis finansialnya. Akhirnya Fahra mengiyakan rencana pertemuan tersebut yakni
bertemu di sebuah cafe yang terletak di dekat SD yang merupakan sekolah mereka
dulu. Rencana pertemuan dengan Fahra tersebut dibahas oleh Budi di grup line
SD-nya dan kembali mendapat tanggapan dari teman-teman SD-nya. Banyak yang merasa
penasaran dengan sosok Fahra yang mengaku-ngaku merupakan teman SD mereka.
Karena banyak yang merasa penasaran maka banyak pula yang ingin ikut dalam
acara pertemuan dengan Fahra tersebut. Sehingga hampir semua penduduk grup
tersebut muncul dan kira-kira 70% dari isi grup tersebut menyatakan akan hadir
karena jadwal pertemuan dengan Fahra tersebut bertepatan juga dengan periode
libur panjang atau long weekend.
Teman-teman SD Budi yang masih tinggal dalam satu kota kebanyakan menyatakan
kesediaannya untuk datang dalam pertemuan bersama teman misterius masa lalu
tersebut. Begitu juga dengan beberapa teman SD Budi yang tinggal di kota-kota
lain di dekat kota dimana SD tersebut berada. Betapa rasa penasaran mereka benar-benar
membuat mereka ingin turut serta. Diketahui bahwa pada saat ini, teman SD Budi
rata-rata juga merupakan orang-orang yang sibuk dengan pekerjaan masing-masing
seperti dokter, pengusaha, insinyur, teknisi, programmer, tentara sampai
pekerjaan-pekerjaan di bidang lainnya. Rasa penasaran mereka akan kasus yang
menimpa Budi dan Muchtar akhirnya menjadikan mereka sejenak meninggalkan
rutinitas pekerjaannya.
Sampai
tiba pada hari pertemuan itu dengan si Fahra, Budi sudah menunggu sejak lebih
awal dari jam pertemuan yang telah disepakati. Budi menunggu di cafe tersebut
dengan memesan meja untuk dua orang. Satu-persatu teman-teman SD yang berada di
chat grup line berkata akan datang
menuju ke cafe tersebut hingga akhirnya satu meja yang dipesan oleh Budi terus
bertambah menjadi satu meja besar yang dapat menampung sekitar puluhan orang.
Kira-kira sekitar satu jam menunggu kedatangan Fahra, akhirnya handphone Budi berdering nada chat masuk dan ternyata si Fahra mengatakan
bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju
ke cafe tersebut dan berkata bahwa sudah dekat. Selang beberapa menit akhirnya
Fahra datang. Dandannya terlihat stylish
dan tidak menunjukkan bahwa dia merupakan seseorang yang mengalami krisis
finansial. Fahra datang dengan menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda
motor. Kedatangannya sudah ditunggu oleh puluhan orang anak-anak alumni SDN
Plumpangsari V alumni tahun 2000. Budi yang duduk di sebelah Muchtar akhirnya
takjub melihat Fahra yang datang menghampirinya. Sosok Fahra yang menjadi
perbincangan hangat di grup chat
alumni SD Budi akhirnya tampak nyata mendatangi Budi dan teman-teman SD-nya
yang sedang bercengkerama. Namun, sebuah hal yang mengharukan akhirnya terjadi.
Fahra
yang awalnya diduga sebagai orang asing yang menyamar untuk memeras Budi karena
hutang kejahatan masa lalu Budi tersebut ternyata merupakan sosok yang
menyamar. Fahra bukanlah Fahra yang melakukan pemerasan terhadap Budi. Fahra
sesungguhnya merupakan nama lain dari seorang teman SD Budi juga. Fahra hanya
nama samaran dari nama asli yaitu Yunita. Dan Yunita sebenarnya juga dikenal
oleh teman-teman SD Budi yang lain. Betapa terkejut dan terperangahnya para
alumni SDN Plumpangsari V alumni tahun 2000 yang sedang berkumpul di cafe
tersebut saat mereka akhirnya mengetahui bahwa sosok yang selama ini dibahas
oleh Budi di dalam chat grup line
aslinya adalah Yunita, salah satu teman SD mereka juga. Fahra atau Yunita
akhirnya mendatangi teman-teman SD-nya dan berkata, “Assalamu`alaikum
teman-teman lama, masih ingat denganku kan? Aku Fahra, ehh.. Yunita maksudku.
Dulu biasanya duduk sendirian sih.. Cuma kadang-kadang juga nongkrong bareng
Budi dan Muchtar ini. Dan biasanya juga mereka yang sering maen bareng aku..”
Orang-orang menanggapinya “Wa`alaikumsalam”. Lalu salah seorang diantara teman
SD tersebut menanggapi, “lhoo kamu Yunita, kok kamu ngaku-ngaku Farah. Jadi sebenarnya....”
Yunita langsung menanggapi, “iyaa, sebenarnya aku adalah sosok Fahra yang
kalian obrolkan di grup SD itu. Aku sengaja belum masuk grup dan menciptakan
sosok misterius bersama Budi dan Muchtar. Yaa emang sengaja gitu. Tujuannya yaa
ini sebenernya untuk ngumpulin kalian disini.” Budi langsung memperkuat apa
yang dikatakan oleh Yunita. “Iya teman-teman, maafkan aku yang awalnya
menyebarkan berita penodongan hutang masa lalu yang misterius ini hingga
membuat waktu kalian juga tersita untuk memikirkan apa yang kurasakan.
Sebenarnya tujuanku membuat kekisruhan yang menimpaku ini yaa untuk
mempertemukan kalian semua ini.” Salah satu teman mereka yaitu Andi menanggapi,”Wah
broo, sial kau. Pantesan aja anak-anak pada keheranan denger nama yang asing
diantara temen-temen kita. Ehh ternyata emang beneran fiktif tuh nama.” Muchtar
yang merupakan sahabat kental Budi semasa SD pun menambah apa yang telah
dikatakan oleh Budi, “Iyaa guys, sorry sorry soal kebingungannya, aku sama Budi
juga Fahra, ehh Yunita maksudnya.. ngelakuin ini semua karena kami yang sedari
SD sudah dekat ini merasa ingin mengumpulkan kalian pada pertemuan di dunita
nyata yang sesungguhnya setelah sekian lama kita jarang ketemu, apalagi kalian
juga punya pekerjaan masing-masing yang mana menyita banyak waktu kalian.
Bahkan sampai kemunculan kalian di grup pun bisa jarang banget kan? Nah, aku
nyoba bikin beginian dengan maksud memancing kalian buat muncul di grup terus
pengen aja gitu kita berinteraksi lagi. Bercanda-canda di sela-sela kesibukan.
Biar gak aku sama Budi aja yang terus muncul. Yaa gitu deh akhirnya rencana
kami pun berhasil. Yeeyy” Muchtar, Budi dan Farah melakukan tosss tanda rencana
mereka berhasil membuat teman-teman SD mereka berinteraksi kembali sampai
akhirnya melakukan sebuah pertemuan berhasil. Teman-teman Budi akhirnya merasa
simpati dengan apa yang dilakukan Budi, Muchtar, dan Yunita. Mereka kemudian
kembali bercengkerama mengingat masa-masa kecil mereka yang indah dahulu kala. Yang
mana untuk sekali pertemuan tersebut harus menunggu waktu yang lama dan
merupakan pertemuan langka di kala kesibukan sudah menghinggapi orang-orang yang
sudah menapaki kehidupan dewasa. Budi, Muchtar dan Yunita yang masih memiliki
jiwa menjalin silaturrahim yang tinggi akhirnya berhasil mempertemukan
teman-teman lamanya lewat sebuah kasus yang dirancang oleh mereka.
Setelah
kira-kira tiga jam canda tawa teman-teman Budi di cafe tersebut, terdapat
seorang wanita yang berdandan dengan pakaian yang agak nyentrik mendatangi
Budi. Dia kemudian menyebutkan bahwa dia adalah Fahra, yang menagih hutang uang
pembayaran biaya sekolah kepada Budi. Budi yang tidak menyangka akan didatangi
oleh Fahra tersebut mendadak terkejut. Dia tidak menyangka bahwa sosok Fahra
tersebut benar-benar ada. Dan Fahra secara mengejutkan dapat mengingat dengan
detail peristiwa-peristiwa masa SD yang dahulu pernah dilakukan oleh Budi
bersama teman-temannya. Sampai pada peristiwa pemalakan yang dilakukan oleh
Budi kepadanya di masa lalu, Fahra mengingatnya dengan betul. Budi menjadi
terpojok dan akhirnya kembali mengecek hapenya untuk melihat chat yang masuk ke line-nya. Ternyata memang
benar terdapat nama Fahra, dan Fahra yang satu ini bukan Yunita yang awalnya
bersandiwara untuk membuat kasus palsu untuk mempersatukan teman-teman SD-nya.
(Selesai)
Komentar
Posting Komentar