Cerita
oleh: Aldino Kamaruddin Santoso
Ini
kisahku, aku adalah seseorang yang akhir-akhir ini merasa tidak enak dengan
diri ini karena menderita sebuah gangguan kesehatan. Ahh, mungkin gangguan
kesehatan ini bukanlah separah penderita kanker, penderita kecelakaan lalu
lintas kronis, maupun gangguan kesehatan yang mengancam nyawa lainnya sih.
Tidak kok, tenang, ini hanya salah satu gangguan kesehatan yang menyebabkan
beberapa hal mungkin tidak berjalan sebagaimana mestinya perilaku kehidupan
orang normal kebanyakan. Yaa, cerita ini kutulis dini hari di saat banyak orang
terlelap dengan tidur dan mimpi indahnya. Ketika orang-orang bisa mendapatkan
istirahat di jam biologis yang tepat tersebut, aku merasakan suatu hal
sebaliknya. Yaa, aku menderita gangguan semacam insomnia atau bagi banyak
kalangan yang sudah banyak mengetahui, itu adalah salah satu penyakit susah
tidur atau memejamkan mata dengan pulas di saat waktu yang seharusnya pada
tubuh digunakan untuk beristirahat dan tidur. Penyakit ini sudah kualami
kira-kira berapa lama yaa.. aku kurang mengetahui dengan jelas mulai
terjangkitnya aku dengan penyakit ini, namun hal ini berkaitan dengan pola
hidup yang kurang baik yang aku jalani akhir-akhir ini mungkin. Atau mungkin
seharusnya aku jelaskan dulu latar belakang kehidupanku kepada kalian dulu baru
nanti kalian dengan enak bisa mendengar atau merasakan ceritaku lebih lanjut?
Penting gak yaa bagi kalian? Ohh belum tentu yaa.. yaudah, perkenalkan, namaku
adalah Ruddi, mahasiswa semester akhir jurusan biologi di salah satu
universitas negeri di kotaku, Surabaya. Yaa saat ini aku menjalani kuliah di
semester akhirku yang mana mungkin bagi banyak kalangan yang tahu akan hal ini,
biasanya disibukkan dengan adanya tugas akhir atau dalam bahasa keren disebut
skripsi. Dalam tugas akhir atau skripsi tersebut biasanya tersimpan begitu
banyak komentar maupun opini dan sebagian besar mungkin jika ditilik dari
kondisi lingkungan sekitarku menandakan bahwa saat-saat proses pengerjaan
tersebut merupakan saat-saat yang sangat-sangat membutuhkan kesabaran serta perjuangan
yang begitu keras. Begitu pula dengan diriku saat ini. Aku juga mengerjakan
tugas akhir maupun skripsiku dengan perjuangan yang keras. Ahh apakah iya sudah
benar-benar diperjuangkan dengan keras? Rasa-rasanya hal tersebut relatif
mungkin yaa.. iya, sekarang mungkin saja aku bisa mengatakan bahwa pengerjaan
skripsiku itu bisa jadi merupakan usaha kerasku, tapi setelah ini mungkin aku
bisa saja bersantai sambil menonton film, ataupun bermain sosial media yang
terdapat di ponselku. Yaa, seperti itulah mungkin gambaran kehidupan yang aku
alami akhir-akhir ini. Aku mengambil skripsi dalam semester ini seperti
kebanyakan mahasiswa semester akhir lainnya, namun dalam pengerjaannya sangat
berliku-liku. Disini konsistensi dan semangatku benar-benar diuji. Yaa benar
saja karena mungkin menurutku hal terberat yang menhgganggu proses pengerjaan
skripsi salah satunya mungkin adalah niat untuk menyelesaikan itu sendiri atau
bisa disebut juga motivasi diri untuk menyelesaikannya. Selain mungkin gangguan
dari hal-hal teknis macam susah ketemu dosen, atau dosen yang perfeksionis
terhadap tulisan-tulisan naskah skripsi, ataupun yang agak horror bagi
jurusanku mungkin penelitian yang kelewat sulit apalagi berbiaya mahal dan
memakan waktu yang lama. Nah, mungkin yang banyak menggangguku adalah masalah
niat ataupun motivasi dalam mengerjakan skripsi itu sendiri. Sebenarnya
motivasi untuk menyelasaikannya sudah ada sih, namun motivasi itu bisa naik
bisa turun. Yaap, mungkin bagi kalangan yang religius, motivasi tersebut seperti
tingkat keimanan seseorang, yang dapat bertambah kuat imannya, maupun menurun
tingkat imannya karena beberapa hal. Nah, dalam hal ini suatu saat motivasiku
dapat membumbung tinggi karena aku juga ingin segera menyelesaikan apa yang
sudah aku mulai dan merupakan tanggung jawabku terhadap apa yang sudah
diamanahkan kepadaku termasuk menjadi mahasiswa ini, yang dibiayai oleh
pemerintah, dan kapan hari sempat disinggung oleh dosenku bahwa aku adalah
mahasiswa yang dibiayai dengan dana pemerintah yang mana dana pemerintah itu
diperoleh dari pajak yang dipungut kepada tiap warga negara, maka seharusnya
dana tersebut dipergunakan sebagaimana mestinya untuk mencetak mahasiswa yang
dapat bertanggungjawab, misalnya dengan menggunakan fasilitas tersebut
sebagaimana mestinya dan terdapat batas waktu pula dimana dana tersebut dapat
terus disalurkan kepada yang mahasiswa penerimanya. Jika mahasiswa tersebut
tidak bisa memenuhi standar yang ditentukan oleh pemerintah, maka siap-siap
saja dana tersebut bisa dicabut. Dalam hal ini kebimbangan yang menerpaku
adalah, dana beasiswa dari pemerintah tersebut pada normalnya merupakan rejeki
yang bisa aku dapatkan hingga bisa lulus tepat waktu yaitu setara dalam kuliah
dalam jangka waktu delapan semester. Saat ini aku berada dalam semester
delapan, dan dengan tugas akhir yang belum selesai di sela-sela menuju deadline
untuk merampungkan naskah skripsi, diriku malah membuat tulisan ini. Begitu
mungkin yang banyak aku rasakan saat ini, hingga pola tidurku mengalami
perubahan. Oke, kembali lagi.. sampai mana tadi. Terlalu banyak yang aku
ceritakan yaa? Atau masih bingung dengan tulisanku yang bergaya acak-acakan
dengan alur lompat-lompat dan banyak disesali dengan hal-hal yang tidak perlu?
Ohh baiklah ini hanya kisah tulisanku di saat mengalami hal terjaga di malam
hari saja kok. Beginilah rasanya memang di saat orang-orang bisa terlelap
memejamkan matanya sambil berharap di pagi harinya mereka dapat beraktivitas
dengan lincah, gesit dan penuh semangat untuk menghasilkan sesuatu, aku harus
terjaga dengan beberapa aktivitas yang mungkin tidak seberapa produktif atau
menghasilkan sesuatu. Nah, maka dari itu mungkin tulisan ini bisa jadi salah
satu obat penawarku dalam hal ketidakproduktifan tersebut. Minimal aku
menghasilkan sebuah karya berupa tulisan yang entah bagus atau tidak, namun
bisa dibaca dan dipahami sebagai salah satu hasil dari ketidakproduktifan di
malam hari (bahkan sampai dini hari) yang seenggaknya bisa membantu sedikit.
Biasanya sih memang tidak banyak hal yang dapat kulakukan di jam-jam dini hari
seperti ini. Bayangkan, mau olahraga, tapi takut berisik dan mengganggu
tetangga. Misal mau mengurus sesuatu hal, yaa jelas tidak mungkin kan banyak
kantor-kantor urusan yang tutup. Untungnya penyakit ini menjangkitiku di era-era
milenium begini dimana banyak kecanggihan teknologi berperan dalam umat
manusia. Bayangkan jika insomnia ini dialami pada masa-masa jaman batu. Yaa aku
memang tidak benar-benar tahu rasanya hidup di jaman batu karena memang tidak
pernah merasakan bagaimana hidup pada jaman itu. Tapi mungkin pada masa itu,
orang-orang juga belum benar-benar tahu mungkin yaa pola hidup yang sehat dan
jam biologis yang sehat itu seperti bagaimana. Ahh sudahlah, tidak perlu
dibahas lebih lanjut lagi karena tidak penting juga dibahas disini karena ini
juga bukan tulisan mengenai fakta sejarah yang benar-benar murni ataupun fakta
ilmiah kehidupan di masa lampau. Aku cuma membandingkan saja bagaimana rasanya
mengalami insomnia yang tidak terjadi di masa sekarang ini. Oke, sampai disini, kira-kira sekitar 3
halaman dalam software pengolah kataku, tulisan ini aku buat. Sebenarnya masih
banyak yang pengen aku sampaikan disini sih. Karena kisah insomniaku ini sudah
terjadi berhari-hari atau mungkin berbulan-bulan sehingga sebenarnya lebih
banyak lagi yang bisa kusampaikan. Namun, apadaya karena aku juga bukan seorang
penulis yang ulung, maka tulisan ini bisa saja berhenti suatu saat. Itu pun
juga karena motivasi mungkin yaa.. yaa seperti itulah motivasi bekerja. Aku
juga sebenarnya masih bingung dengan bentuk dan jenis tulisan ini. Dalam tata
bahasa Indonesia yang pernah aku pelajari dulu di masa sekolah ataupun juga di
masa kuliah, penulisa bebas yaitu termasuk dalam genre atau dalam kelompok
prosa. Yaa tulisanku ini benar-benar bebas. Karena aku bisa mengajak kalian
yang membaca ceritaku ini dengan leluasa untuk mendalami apa yang aku
ceritakan. Ehh tapi emang sejauh ini aku sudah menceritakan apa saja bagi
kalian? Kan Cuma beberapa pengalaman pribadi yang belum tentu menarik juga buat
kalian dalami. Okelah, kembali lagi ke bentuk tulisan tadi. Bisa jadi ini
merupakan sebuah curhatan pribadi yang dalam masa kekinian dapat dikategorikan
sebagai tulisan yang umujm dilihat pada blog-blog pribadi. Boleh yaa dibilang
begitu? Boleh.. karena dalam banyak blog yang dibaca oleh aku sendiri selaku
penulis, juga pernah berisi semacam curhatan pribadi dari pemilik dan penulis
blognya. Tapi sebenarnya aku ingin mengkategorikan tulisanku ini sebagai sebuah
cerita pendek. Pendek gak yaa sekitar segini ini? Atau mungkin tidak memenuhi
kriteria dalam cerita pendek karena tidak adanya interaksi antara sang tokoh
utama dengan tokoh lainnya? Atau juga bisa tidak bisa termasuk cerpen karena
tidak ada konflik yang harus diselesaikan sang tokoh utama? Wah terlalu banyak
hal yang menjadi faktor yaa kalau begitu. Namun, aku juga mungkin ingin sesuatu
yang beda yang dalam hal ini punya keinginan untuk membuat cerpen ini menjadi
bersambung dengan beragam kisah yang ditawarkan dalam setiap bab atau sub
bagian ceritanya. Mungkin jika dianalogikan ke dalam bentuk audio visual bisa
jadi seperti film webseries atau serial televisi gitu deh yaa.. Jadi mungkin
bisa memancing rasa penasaran dari penonton, eh dalam hal cerita berarti
pembaca untuk tertarik mengikuti kisah-kisah yang akan kuceritakan selanjutnya
begitu yaa.. bisakah? Untuk menjadikan hal itu kenyataan, mungkin awal mulanya
adalah dengan terlebih dulu memasang niat yang kuat. Yaa, tidak lain dan tidak
bukan, niat itu merupakan hal yang utama dalam melakukan suatu hal. Jika niat
sudah didapatkan, maka pekerjaan yang dilakukan akan dirasa lebih ringan?
Apakah selalu begitu. Mungkin sih. Atau iyaa lahh.. banyak pengalaman yang
sudah membuktikan kok. Oke kembali lagi ke kisah yang bersambung yang
kuinginkan dalam ceritaku ini. Jadi mungkin tulisan perdana tentang kish
insomniaku ini menjadi penghantar awal dalam membuka lembaran-lembaran yang
lain mengenai kisah perjuanganku hidup dengan adanya gangguan ini. Selanjutnya
nanti bisa disambung lagi dengan kisah-kisah lainnya yang dapat menggugah
selera baca para orang yang tertarik (jika memang benar-benar ada yang
tertarik). Mungkin iyaa, nah jadi dengan adanya keberlanjutan tersebut, tidak
menjadi beban juga bagaimana kisah ini diakhiri dengan cepat atau lambat, karena
menurutku tiap kisah bisa menghadirkan nuansa-nuansa yang segar. Iyaa menurut
aku sendiri mungkin. Atau seenggaknya nanti tulisan ini bisa menjadi tulisan
diary atau catatan yang manis di kala aku berjuang dalam menyelesaikan studiku
mengejar gelar sarjana. Dan mungkin bisa dibaca-baca lagi ketika aku sudah
lulus nanti dengan mengingat betapa luar biasanya perjuanganku saat ini. Oke,
part satu selesai yaak. Hehe. Dan sepertinya tulisan ini hanya bertahan dalam
satu saja mungkin yaa karena aku harus kembali menghadapi realita dunia nyata
dan aku harus bangkit untuk mencapai apa tujuanku. Semoga gangguan insomnia ini
hanya sekedar ganjalan yang membuatku lebih memaknai hidup. Dan begitu saja
akhir kisah ini.
Komentar
Posting Komentar