Langsung ke konten utama

Tanggapan Guru Kreator Konten yang Dianggap Telah Mempraktekkan Deep Learning

    Lihat-lihat postingan guru kreator konten, atau kreator yang ngonten tentang dunia pendidikan dan keguruan, muncul materi baru mengenai pembelajaran mendalam atau deep learning. Tiba-tiba disebutlah guru tersebut sudah mempraktekkan pembelajaran mendalam di kesehariannya. Lah, tekniknya aja baru mau diluncurkan semenjak Pak Abdul Mu'ti menjabat menteri pendidikan, kok bisa sudah ada yang jago dan akhirnya jadi pemateri deep learning? Muncul pertanyaan iseng di benak saya. Misal nih yaa, si guru akhirnya dianggap jago nguasai deep learning, berarti kan sebelum-sebelumnya udah berlatih dan akhirnya nguasai. Padahal sebelumnya kan kita pake kurikulum merdeka, mundur lagi pake kurikulum 2013 dan di sana gak pernah ada tuh nyebut-nyebut istilah-istilah yang ada di deep learning. Paling ada sih kesamaan-kesamaannya kayak pembelajaran bermakna menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL) yang sudah dikenal sejak lama. Tapi pada periode itu gak ada sebutan Joyful, meaningful, dan fulful itu.

    Artinya, apakah deep learning ini sebenernya ya sama aja K13, kurikulum merdeka, cuma pakai sebutan baru biar kesannya gebrakan baru menteri baru, kebijakan baru untuk menyongsong Indonesia emas agar tidak tertinggal? Atau murni (pure) barang baru yang mana gak pernah diajarkan konsepnya ke guru-guru atau insan pendidikan di Indonesia. Tapi kalau misal konsep baru, kok sudah ada guru yg dianggap ahli dan fasilitator-fasilitator itu? Kok sudah ada tukang konsepnya yang bikin kebijakan di level kementerian sana. Berarti orang-orang pembuat kebijakan untuk penyebarluasan konsep deep learning ini harusnya sudah memahami dulu dong dan pastinya sudah melalui pembelajaran dan pelatihan sehingga sekarang menyebarkan ke para guru di Indonesia. Lha berarti selama kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka kemarin mereka gak ikutan nich karena asyik belajar tentang deep learning? Ehh gimana yaa konsepnya. Hehe.

    Pertanyaan lagi, apakah pembuat kebijakan-kebijakan konsep deep learning itu adalah orang yang sebelumnya berkutat sampai di tingkat kesehariannya menemui kegiatan pendidikan? Kalau iya, berarti konsep kurikulum merdeka-merdeka itu mereka evaluasi dong. Pertanyaan berikutnya, apakah perumus kebijakan kurikulum merdeka juga datang langsung mengecek gagal dan berhasilnya Kurikulum 2013? Nah lho. Semakin rumit kan. Yauda tidak apa-apa, namanya juga banyak parkiran. Ehh pikiran. Hehe. Ohh iya maksud saya mengenai guru yang disebut "telah mempraktekkan deep learning tadi" adalah begini.. guru itu disebut telah menjalankan deep learning padahal periode-periode sebelumnya gak pernah tuh kata-kata "deep learning" ini muncul dalam workshop-workshop guru selama masa kurikulum merdeka.

    Nah, berarti sebenarnya deep learning ini adalah hasil dari kurikulum merdeka kan? Tapi kenapa kurikulum merdeka gak disebut lagi sebagai suatu kesuksesan yg menghasilkan deep learning yang oke tuh. Kenapa? Gengsi kah kementerian sekarang mengakui keberhasilan kebijakan di periode sebelumnya? Padahal kaos-kaos kurikulum merdeka sudah diproduksi massal karena yaa begitu masifnya hal-hal terkait kurikulum merdeka yang menyebar luas dan akhirnya hilang begitu saja pas masuk periode kementerian baru ini. Atau entahlah, katanya sih kebijakan yang sekarang menyempurnakan kebijakan sebelumnya. Tapi kok gak nemu konten dengan judul "kurikulum merdeka" atau merdeka belajar lagi di akun-akun pendidikan, terutama di level instansi pemerintah. Heuheu.
😌🙏

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memikirkan Kegiatan/Event Sekolah agar Tidak Sekadar Dilaksanakan, namun Bermakna dan Meminimalisir Kekecewaan

Kegiatan di lingkup pendidikan mulai sekolah tingkat dasar sampai lanjut bahkan pendidikan tinggi tidak hanya berurusan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas saja. Ada kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan atau kompetensi murid, misalnya ekstrakurikuler sampai pada peringatan hari-hari tertentu yang bersifat keagamaan, nasional, maupun hari khas suatu daerah. Semua kegiatan tersebut tujuannya adalah mencapai pendidikan yang lebih holistik atau menyeluruh dan tidak terpaku pada perkembangan akademik di mata pelajaran saja. Biasanya pelaksana dari kegiatan-kegiatan sekolah tersebut adalah para murid yang tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan dibantu oleh guru-guru pembina, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, atau di suatu sekolah yang sudah maju, bisa jadi para murid bergerak sendiri. Kebetulan saya sering bersinggungan dengan pelaksanaan berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah dan pada tulisan ini saya ingin mengeluarkan...

Antara Balik ke Perasaan yang Lama dan Kekaguman pada Sosok yang Baru (Kisah Cinta Murid Again)

     Membahas kisah percintaan di zaman sekolah memang selalu seru dan menarik untuk diceritakan berulang. Itulah sebabnya, karya tulis novel, film, dan lain sebagainya yang memiliki kisah tentang percintaan remaja di masa sekolah selalu memiliki basis peminatnya tersendiri. Kisah percintaan atau asmara di zaman sekolah menarik dibahas karena gejolaknya yang naik turun. Ada yang ditakdirkan berhasil, gagal, atau ada yang masuk di persimpangan. Antara gagal dan berhasil, atau ada yang tertunda. Ada yang awalnya berhasil, namun ternyata itu hanya kisah semu karena hanya menjadi bahan pelarian. Herannya, para remaja tidak berhenti untuk terus mengejar kisah asmaranya agar menuju keberhasilan. Ya anggap saja "bumbu" dalam mengarungi masa muda yang cuma sekali.      Pada tahun 2024 ini, ada kisah asmara di antara murid yang menarik untuk saya bahas. Ya sebenarnya banyak juga kisah lainnya, namun yang ini spesial karena kebetulan pelakunya adalah orang yang dekat...

Kedua Mantan yang Layu, Kini telah Tumbuh dan Berkembang

     Cinta di masa muda, terutama di masa sekolah memang memiliki banyak pesona untuk selalu dibicarakan. Tidak terkecuali di lingkungan tempat saya kerja, yaitu sekolah swasta di sebuah kota. Di sini saya sering kali terlibat entah langsung atau tidak langsung menjadi pengamat beberapa kisah cinta. Entah yang berujung lanjut setelah lulus atau kisah patah hati yang juga menjadi pelengkapnya.      Kali ini saya teringat ada momen unik setelah menggulir media sosial saya. Saya melihat salah satu siswi tempat saya bekerja mengunggah foto kebersamaannya dengan cowok yang berasal dari sekolah yang beda, namun masih satu komplek karena dalam lingkup yayasan yang sama. Siswi tersebut saat ini berada di tingkat dua atau kelas XI di program keahlian yang biasa mengurus pasien. Dia merupakan sosok yang aktif berorganisasi karena beberapa waktu yang lalu menjadi ketua panitia kegiatan peringatan HUT ke-79 RI tahun 2024 di sekolah. Di masa-masa itu, dia banyak menghab...