Langsung ke konten utama

Cerita Sukses sudah Mainstream, Saatnya Saya Cerita Kegagalan Kuliah S2 Bioteknologi

Karena sudah banyak yang menceritakan kisah kesuksesannya, entah di bidang akademik, bisnis, dan lain-lain, boleh gak kalau saya cerita kegagalan aja. Biar beda gitu. Hehe. Yap, saya mau cerita kegagalan kuliah S2 bioteknologi di Ubaya.

Berawal dari informasi yang diberikan oleh temen seperjuangan di S1 biologi unair, yaitu Arif di bulan April 2024 beberapa waktu setelah lebaran. Ada beasiswa guru masa depan yang diberikan oleh Ubaya dengan syarat masa kerja saja.

Setelah dapet narahubung dari pihak Ubaya dan S2 bioteknologi Ubaya, gas tanya-tanya tentang beasiswa, sistem kuliah jarak jauh (karena saya kerja di Balikpapan dan kampusnya di Surabaya) ternyata ada pencerahan.

Ohh iya, sistem pendaftaran beasiswa guru masa depan Ubaya ini daftar sebagai mahasiswa reguler dulu. Bayar formulir dan ikuti petunjuk. Lalu sambil ajukan beasiswa lewat link google form dan lengkapi berkas-berkasnya.

Setelah berkas masuk, dapat informasi untuk wawancara dengan dekan Fakultas Teknobiologi Ubaya dan Kaprodi S2 Bioteknologi Ubaya. Agak tegang, tapi berusaha rileks menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Ehh kaprodi S2-nya sama-sama dari Unair dulunya.



Beberapa hari menunggu, ehh pengumuman beasiswa masuk ke e-mail dan alhamdulillah lolos mendapat potongan biaya 80% dan siap untuk kuliah S2 dengan sistem hybrid.

Selanjutnya diperkenalkan dengan sistem e-learning my ubaya dan punya akun mahasiswa lagi. Yeay, pada waktu itu masih speechless kayak gak nyangka aja tiba-tiba bisa S2 dengan beasiswa dan kuliah di Ubaya.


Hari Senin, 26 Agustus 2024 kuliah perdana semester ganjil dilaksanakan. Katanya sih pertama kali juga S2 bioteknologi ini menjalankan kuliah dengan sistem hybrid, mengakomodir saya yang kebetulan tidak bisa datang ke ruang kelas di Surabaya. Terharu bisa kuliah lagi. 🥲


Keluarga besar S2 bioteknologi Ubaya ini hangat banget menerima saya sebagai mahasiswa jarak jauhnya. Bahkan pas lagi ada acara sarasehan, dibela-belain ada zoom meetingnya biar saya bisa ikutan. Nah ini foto bareng, wajah saya besar banget di layar. wkwk.

Kuliah memasuki masa pertengahan dan mulai mumet. Di mata kuliah metode penelitian, muncul lagi materi statistika. Di jaman S1 dulu padahal ini paling rumit dan dihindari, sehingga pas skripsian nyari yang gak pake statistik. Ehh ketemu lagi. huft.


Skill bahasa Inggris juga harus diupayakan terus meningkat. Ya iya lah beberapa materi disampaikan dalam bahasa pengantar english. Apalagi ilmu yang lebih maju yang berasal dari luar negeri. Yang njelasin dosen bule. hehe.


Oh iya, di semester 1 kuliah S2 ini, saya ngambil paket dasar standar kuliahnya alias gak nambah mata kuliah. Jadi settingan standarnya cuma ada 10 SKS dari 4 matkul saja. Sesekali pas ada kesempatan kuliah umum dari matkul lain, nyoba ikutan, yaitu forensik yang seru.

Ada yang bilang, kuliah itu benefit utamanya adalah menambah relasi. Terutama di bidang sejenis dan peluang untuk bertemu dengan orang ahli di berbagai wilayah. Nah, benar saja di S2 bioteknologi Ubaya ini, ngerasain kuliah dengan dosen dari kimia ITB. Berasa kuliah di ITB.


Ada juga kuliah tamu dengan dosen dari UGM. Wiihh.. bayar kuliahnya di 1 kampus, dapat juga kuliah dari dosen dari PTN top tier Indonesia nich. Bener-bener terharu.. 😭


Hari demi hari kuliah dilalui. Hingga mendekati kegiatan praktikum/proyek yang dilaksanakan di Surabaya. Pagi sampai sore ngajar dan diarahkan untuk menggunakan Project Based Learning (PjBL), ternyata di kuliah juga ada PjBL.


Di pertengahan dan akhir November, sibuk ngurus ijin/cuti kerja untuk kegiatan praktikum di Surabaya hingga akhirnya beres. Akhirnya pulang kampung ke Surabaya selama semingguan. Dengan kegiatan utama praktikum di laboratorium purifikasi molekul FTb Ubaya.


Selama kegiatan praktikum/proyek matkul rekayasa dan pemurnian protein, serta analisa biomolekul, saya lebih banyak lihat-lihat aja karena jujur, gak seberapa ngerti prosesnya. Takjub juga dengan alat-alat laboratorium yang canggih.




Ya pada intinya alhamdulillah terlewati juga kegiatan praktikum tersebut. Teman-teman S2 biotek juga banyak support dengan ngajarin. Terus saling sharing waktu ketemu. Selama semingguan juga akhirnya merasakan bangku kuliah Ubaya dan belajar temu muka langsung. Yeay. hehe.



Mumpung ada waktu, jalan-jalan juga di kampus, serta nyobain fasilitas kampus. Ahh terkenang masa-masa mahasiswa S1 dulu yang ramai dan seru. Dan ini sambil bawa kerjaan koreksian ujian. Wkwk.





Masa-masa indah berkuliah S2 dengan beasiswa dari Ubaya tersebut ternyata tidak terlalu lama. Setelah melalui ujian akhir semester dan mengetahui nilai IPK keluar, ternyata hasilnya tidak sesuai dengan harapan alias dapat nilai jelek. huhu. Beasiswa guru masa depan tersebut memiliki syarat bahwa nilai IPK tiap semesternya tidak boleh di bawah 3,25. Dan nilai saya jauh di bawah itu. Selama bulan Januari hingga Februari saya mengalami kebimbangan antara melanjutkan di semester berikutnya (namun biaya normal) atau mundur kuliah. Karena syarat dari beasiswa adalah minimal IPK dan tidak boleh berhenti sementara/cuti. Jika saya lanjut, maka harus membayar kuliah dengan biaya normal yang mana hal tersebut sulit untuk saya penuhi mengingat kondisi ekonomi.

Setelah menggalau di kursi besi alfamart ditemani golda dan beberapa kali kepikiran selama bermotor di jalan. Sebuah keputusan harus diambil. Saya pun memutuskan untuk mengundurkan diri dari perkuliahan setelah berkonsultasi dengan staf fakultas dan kaprodi S2 bioteknologi. Saya pun memohon maaf sebesar-besarnya kepada pihak keluarga besar Fakultas Teknobiologi Ubaya karena tidak dapat mengemban amanah sebagai penerima beasiswa dengan baik dan akhirnya meninggalkan perkuliahan S2. Tidak lupa ucapan terima kasih sebesar-besarnya selama masa kuliah. Saya menyadari bahwa kegagalan dalam melanjutkan kuliah S2 bioteknologi ini kesalahan saya. Dalam hari-hari kegiatan perkuliahan, saya harus membagi fokus antara bekerja mengajar dan malam menghabiskan waktu untuk menyimak penyampaian dosen, dengan berbagai tugas-tugasnya.

Saya merasa keteteran antara fokus untuk mengajar dengan memberikan pelayanan mendidik yang terbaik untuk para murid dan juga harus fokus menyesuaikan diri untuk kembali belajar di dunia biologi (bioteknologi) yang lebih mendalam. Sulit saya lakukan untuk dapat prima di keduanya. Dalam pekerjaan saya sebagai guru, hari-hari tidak bisa lepas begitu saja setelah jam mengajar selesai. Ada tugas tambahan sebagai wali kelas, pembina ekskul, atau kegiatan kesiswaan lainnya. Sedangkan di perkuliahan, kegiatan tidak berhenti setelah dosen menutup ruang zoom. Mahasiswa S2 dituntut untuk lebih dari sekedar menyimak materi dan cuma mengerjakan tugas berupa menjawab soal. Ada telaah jurnal, berbagai permasalahan rumit yang harus dicari solusinya, sampai bagaimana merancang alur penelitian sendiri menggunakan keilmuan yang didapatkan.

Sepertinya saya bisa menyeimbangkan keduanya. Yaitu on fire ketika mengajar dengan menyajikan pembelajaran yang menarik dan bermakna. Kuliah juga mantap dalam memahami sampai menyelesaikan tugasnya. Namun, ada resikonya. Mungkin tubuh saya yang kalah karena tekanan yang besar. Akhirnya saya memilih balance saja dalam hidup saya dan sepertinya saya memprioritaskan pekerjaan saya untuk mengajar dengan maksimal. Memang ada banyak perbedaan yang saya alami ketika berkegiatan mengajar dengan belajar bioteknologi. Ketika bekerja mengajar, apa yang saya siapkan adalah materi pelajaran dengan cara penyampaian yang menarik, menyesuaikan profil murid, hingga antisipasi jika ada kendala. Berbeda ketika belajar bioteknologi yang menelaah jurnal penelitian ilmiah, mencari kesamaan dan perbedaan.

Hingga akhirnya dapat merumuskan sendiri penyebab suatu jurnal mengacu dasar teori A dan jurnal kedua menggunakan teori yang berbeda. Belum lagi membandingkan bahan sampai metode, hasil, analisis dan kesimpulan. Tampak beda jauh di pekerjaan walau ada juga kesamaannya. Kesamaannya adalah sama-sama membutuhkan daya pikir analisis yang tinggi sehingga otak saya pun setidaknya lebih terasah baik saat mengajar dan belajar. Kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan daya pikir terstruktur dengan baik. Terbiasa untuk mencari jalan keluar sistematis. Nah, beberapa hal seperti pola pikir yang lebih terasah serta adanya relasi yang lebih luas merupakan benefit yang saya dapatkan selama masa kuliah yang singkat 1 semester tersebut. Hal yang berharga dalam hidup saya yang selalu saya syukuri. Alhamdulillah.

Jika boleh berandai-andai, semisal dulu saya lebih serius dalam hari-hari kuliah sehingga nilai IPK saya bagus dan bisa melanjutkan beasiswa, mungkin ada beberapa yang dikorbankan. Bisa jadi waktu luang yang banyak tersita sehingga istirahat menjadi terpangkas. Atau hal dalam pekerjaan yang saya minimalkan sehingga yang penting mengajar dan melakukan kegiatan sebagai guru sebagai ala kadarnya saja. Namun, sepertinya hati saya belum tergerak untuk itu. Hati saya tergerak untuk berfokus pada pekerjaan di dunia guru yang serba kompleks itu. Akhir kata, banyak pengalaman dan hikmah yang saya peroleh dalam masa singkat perkuliahan S2 tersebut. Ternyata berkuliah S2 tidak untuk semua orang. Berkuliah sambil kerja ternyata begitu berat dan salam hormat serta salut untuk orang yang bisa melakukan keduanya seimbang.

Bagi yang diberikan kemampuan untuk berkuliah lanjut S2 dengan biaya mandiri dan tanpa tanggungan pekerjaan, maka itu privilege besar yang mana tidak semua orang bisa mendapatkan itu, maka manfaatkanlah dengan baik dan jadilah sesuatu dengan keilmuan yang tinggi itu. Karena bagi yang tidak beruntung punya privilege tersebut, maka melanjutkan kuliah S2 pasti membutuhkan bantuan sponsor, seperti beasiswa tersebut. Mendapatkan beasiswa juga perlu modal dan selama perkuliahan S2, biaya tidak berhenti di uang perkuliahan saja. Ada biaya lain-lain.

Publikasi jurnal nasional dan Internasional kadang membutuhkan biaya. Untuk kuliah bidang eksak seperti saya butuh modal untuk penelitian. Belum lagi jika harus bolak-balik luar kota atau pulau seperti saya tadi. Maka saya sangat salut dan hormat kepada kawan-kawan yang bisa melanjutkan kuliah S2 atau tingkat yang lebih tinggi dan menyelesaikannya dengan baik karena level rintangan yang dihadapi benar-benar wow. Apalagi yang akhirnya menjadi pakar atau ahli di bidangnya, pasti sudah melalui banyak kesulitan hingga berhasil melaluinya dengan baik.

Yap, saya belum berhasil menyelesaikan kuliah S2. Namun cerita kegagalan ini menjadi salah satu bagian hidup saya yang mungkin bisa diambil hikmahnya bahwa untuk menggapai sesuatu harus serius dan di kehidupan yang kompleks ini, banyak faktor kehidupan yang tidak sama antar orang satu dengan yang lain sehingga ada yang bisa mencapai kesuksesan di bidangnya, ada yang menyeimbangkan karir dan studi bahkan kehidupan pribadi. Ada pula yang masih harus terus berjuang di saat teman seangkatan sudah meraih sesuatu. Yap, kegagalan bukanlah akhir. Mungkin kegagalan ini menjadi sesuatu yang diperlukan agar diri kita bertumbuh atau kegagalan ini menjadi pemicu pihak lain agar belajar dan tidak terjebak di kegagalan sejenis. Ya semoga saja tulisan saya ini dapat menjadi sesuatu yang bermakna bagi pembaca. Sekian.

Oh iya tambahan, beberapa bulan setelah saya mengirimkan surat mengundurkan diri ke pihak fakultas, ternyata e-mail kampus masih aktif dan selama beberapa bulan itu ternyata tagihan biaya kuliahnya masih aktif. Barulah di bulan Juni kemarin iseng buka lagi e-mail kampus karena ingin langganan vidio program mahasiswa, eh ternyata masih bisa. Dan di situ saya membalas e-mail tagihan biaya kuliah. Saya merasa bahwa saya sudah mengundurkan diri, ternyata masih dalam proses dan akhirnya selang beberapa hari keluarlah surat yang menyatakan saya sudah bukan menjadi mahasiswa S2 bioteknologi Ubaya lagi dan akhirnya e-mail kampus saya ditutup, hehe. Terima kasih atas semuanya S2 bioteknologi Ubaya.

















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memikirkan Kegiatan/Event Sekolah agar Tidak Sekadar Dilaksanakan, namun Bermakna dan Meminimalisir Kekecewaan

Kegiatan di lingkup pendidikan mulai sekolah tingkat dasar sampai lanjut bahkan pendidikan tinggi tidak hanya berurusan dengan kegiatan belajar mengajar di kelas saja. Ada kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan untuk mengembangkan kemampuan atau kompetensi murid, misalnya ekstrakurikuler sampai pada peringatan hari-hari tertentu yang bersifat keagamaan, nasional, maupun hari khas suatu daerah. Semua kegiatan tersebut tujuannya adalah mencapai pendidikan yang lebih holistik atau menyeluruh dan tidak terpaku pada perkembangan akademik di mata pelajaran saja. Biasanya pelaksana dari kegiatan-kegiatan sekolah tersebut adalah para murid yang tergabung dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dengan dibantu oleh guru-guru pembina, wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, atau di suatu sekolah yang sudah maju, bisa jadi para murid bergerak sendiri. Kebetulan saya sering bersinggungan dengan pelaksanaan berbagai kegiatan yang dilaksanakan di sekolah dan pada tulisan ini saya ingin mengeluarkan...

Antara Balik ke Perasaan yang Lama dan Kekaguman pada Sosok yang Baru (Kisah Cinta Murid Again)

     Membahas kisah percintaan di zaman sekolah memang selalu seru dan menarik untuk diceritakan berulang. Itulah sebabnya, karya tulis novel, film, dan lain sebagainya yang memiliki kisah tentang percintaan remaja di masa sekolah selalu memiliki basis peminatnya tersendiri. Kisah percintaan atau asmara di zaman sekolah menarik dibahas karena gejolaknya yang naik turun. Ada yang ditakdirkan berhasil, gagal, atau ada yang masuk di persimpangan. Antara gagal dan berhasil, atau ada yang tertunda. Ada yang awalnya berhasil, namun ternyata itu hanya kisah semu karena hanya menjadi bahan pelarian. Herannya, para remaja tidak berhenti untuk terus mengejar kisah asmaranya agar menuju keberhasilan. Ya anggap saja "bumbu" dalam mengarungi masa muda yang cuma sekali.      Pada tahun 2024 ini, ada kisah asmara di antara murid yang menarik untuk saya bahas. Ya sebenarnya banyak juga kisah lainnya, namun yang ini spesial karena kebetulan pelakunya adalah orang yang dekat...

Kedua Mantan yang Layu, Kini telah Tumbuh dan Berkembang

     Cinta di masa muda, terutama di masa sekolah memang memiliki banyak pesona untuk selalu dibicarakan. Tidak terkecuali di lingkungan tempat saya kerja, yaitu sekolah swasta di sebuah kota. Di sini saya sering kali terlibat entah langsung atau tidak langsung menjadi pengamat beberapa kisah cinta. Entah yang berujung lanjut setelah lulus atau kisah patah hati yang juga menjadi pelengkapnya.      Kali ini saya teringat ada momen unik setelah menggulir media sosial saya. Saya melihat salah satu siswi tempat saya bekerja mengunggah foto kebersamaannya dengan cowok yang berasal dari sekolah yang beda, namun masih satu komplek karena dalam lingkup yayasan yang sama. Siswi tersebut saat ini berada di tingkat dua atau kelas XI di program keahlian yang biasa mengurus pasien. Dia merupakan sosok yang aktif berorganisasi karena beberapa waktu yang lalu menjadi ketua panitia kegiatan peringatan HUT ke-79 RI tahun 2024 di sekolah. Di masa-masa itu, dia banyak menghab...