Pada saat sekolah mengadakan kegiatan kesiswaan seperti peringatan hari besar nasional, saya biasanya menghabiskan waktu mengobrol santai dengan siswa. Entah membicarakan kegiatan sekolah, rencana kegiatan di masa mendatang, sampai hal-hal yang biasanya menarik perhatian untuk dibahas di kalangan remaja. Tidak lain dan tidak bukan adalah tentang cinta atau perasaan. Pada hari Jumat di pekan ketiga bulan Februari, saya mendatangi kelas anak wali saya yang berada di lantai 4 gedung sekolah ketika kegiatan peringatan HUT Balikpapan dilaksanakan dengan kegiatan menulis.
Saat itu, ada salah satu siswi di kelas saya sudah selesai dan dia keluar kelas. Karena kelasnya di lantai 4 dan keluar kelas bisa langsung melihat pemandangan di lapangan, maka saya berinisiatif untuk mengobrol dengan siswi tersebut. Awal percakapan dimulai dengan topik ringan seputar pekerjaan di kelas atau persiapan setelah lulus dari sekolah karena kebetulan siswi tersebut yang merupakan anak wali saya saat itu sudah menginjak kelas 12 dan mulai berpikir untuk ke depannya. Setelah beberapa menit, obrolan pun bergeser ke arah hubungan antara cowok dan cewek yang sangat complicated atau sebut saja rumit.
Ketika itu, sambil melihat ke arah lapangan, di mana sekolah sebelah yang masih satu kompleks sedang mengadakan kegiatan di lapangan berupa lomba-lomba ketangkasan. Saat itu, kami bersama memandang ke arah lapangan. Tibalah ada salah satu pandangan ke arah sosok cowok yang menyebabkan topik pembicaraan mengarah ke hubungan cinta dan benci alias love-hate relationship. Si cewek tersebut menceritakan hubungannya dengan si cowok yang merupakan teman semasa kecil dan berlanjut hingga sekolah bareng sampai bangku SMK. Hubungan keduanya sangat akrab, bahkan sampai kedua orang tuanya saling mengetahui satu sama lain.
Namun, memasuki masa SMK ini hubungan keduanya mulai rumit. Ya, disebabkan oleh apalagi kalau bukan masalah perasaan. Keduanya yang telah menjalin persahabatan sejak kecil mulai digoyahkan oleh timbul tenggelamnya perasaan cinta atau asmara. Meskipun tidak eksplisit menyatakan, namun keduanya juga tidak memungkiri adanya rasa yang bisa jadi ada. Namun, hal tersebut tidak selalu berjalan mulus karena di masa SMK, perasaan asmara bisa berbelok arah ke tambatan hati yang lain. Entah disebabkan oleh pilihan yang semakin beragam, atau sudah sadar diri bahwa hubungan keduanya tadi hanyalah sebatas sahabat masa kecil yang tidak bisa lebih.
Akhirnya, kedua sahabat masa kecil berlainan jenis kelamin tersebut lebih sering mengalami panas dingin dalam jalinan hubungannya. Diceritakan bahwa saat ini keduanya saling memblokir pada media sosial alias tidak mau tahu bagaimana kehidupan masing-masing. Demikian pula dengan nomor HP atau Whats App, keduanya saling blokir atau tidak menyimpan nomor masing-masing. Herannya, suatu saat mereka berdua akan dipertemukan pada momen di mana keduanya saling membutuhkan. Misalnya untuk berbagi pengalaman atau mencurahkan hati (curhat). Dan pada saat momen itu terjadi, selalu ada jalan bagi keduanya untuk kembali menjalin hubungan.
Saya pun penasaran, "lho kok bisa gitu? Kan kalian saling blokir. Kayak mana cara ngehubunginnya? Apa ketemu langsung di rumahnya?" Lalu si cewek menjawab, "ya bisa dong pak. Kan saya menghubungi mamanya, minta tolong biar blokirnya dibuka dulu karena mau cerita." Owalaa, jadi begitu. Saya pun teringat kalau mereka berdua sudah saling mengenal sampai level orang tua. Cuma herannya, pas disuruh buka blokir kok bisa mau-mau aja yaa terus ternyata di momen itu pula pembicaraan atau obrolan mereka malah intens.
Ternyata setelah sesi curhat keduanya selesai, mereka kembali ke kehidupan masing-masing dan mulai saling memberi batas. Saya pun penasaran, "kok hubungan kalian bisa begitu yaa? Emang bisa gitu yaa berteman tapi saling blokir, terus pas kebetulan butuh gitu bisa seharian cerita habis itu saling kembali ke kehidupan masing-masing?" Lalu si cewek menjawab, "yaa bisa dong pak. Gak tau juga kami itu, saya kadang sebel sama dia. Sebelnya itu parah gitu. Tapi yaa kadang butuh gitu. Dan dia juga butuh saya. Tapi dia kan udah ada ceweknya, jadi saya juga membatasi. Tapi gak tau lah, gimana yaa.. Pernah juga sih waktu itu dia cerita, bilang ke mamanya kalau siapapun yang saat ini deket sama dia, tapi dia maunya kalau istri itu yaa cuma sama saya. Nah lho, aneh kan. Tapi yaa gitu lah pak." Wow, bisa gitu ya ternyata. Kayak hubungannya gak harus saling bercerita atau bertemu tiap hari, tapi sekali ketemu atau pas butuh ya bisa selalu ada. Dan kemungkinan hubungan seperti ini bisa terjadi di antara cowok dan cewek yang sudah lama menjalin pertemanan atau persahabatan. Apalagi jika masing-masing mungkin sudah mempunyai pasangan gitu ya.
Sejenak saya pun menimpali cerita dari siswi saya tersebut. Sepertinya saya juga pernah mengalami hal yang barusan kamu ceritakan tadi. Dan itu terjadi waktunya tidak terlalu jauh. Jadi memang saya ada juga kayak gitu. Jarang ketemu, karena memang sibuk masing-masing, tapi pas udah momennya ketemu dan ngobrol itu bisa lama, bisa bahas apapun karena memang yaa gak tahu, emang gitu mungkin yaa. Siswi tersebut menanggapinya, "nah kan, berarti emang normal kalau ada hubungan cowok cewek seperti yang saya alami dan saya ceritakan tadi kan pak." Akhirnya obrolan pun berlanjut hingga selesai sebelum pelaksanaan Shalat Jumat.
Sore harinya, ketika saya udah merencanakan untuk menonton film di bioskop, HP saya bergetar karena ada telepon masuk. Saya masih sibuk dengan laptop dan bersiap-siap untuk pulang dan bergegas menuju bioskop. Saya tidak sempat mengangkat telepon tersebut. Saat saya lihat siapa yang menelpon, ternyata itu adalah sosok wanita yang kisahnya bisa dibilang mirip dengan kisah antara siswi saya dengan teman cowoknya itu. Saya jarang berhubungan dengan teman cewek saya ini karena memang sibuk dengan pekerjaan masing-masing atau bahkan kehidupan masing-masing. Awalnya saya mengira panggilan telepon itu panggilan biasa atau pekerjaan yang mungkin baru sempat dibahas di jam pulang kerja. Namun, firasat saya beda. Kalau pekerjaan biasa, mengapa harus repot-repot menelepon? Bisa jadi seperti lewat chat biasa saja keperluannya apa atau mengirim apa begitu. Jika menelepon, berarti kemungkinan ada hal yang sangat penting untuk dibahas.
Karena saya punya firasat ini adalah hal yang penting atau mendesak, maka saya berinisiatif untuk menelepon kembali. Ternyata benar saja, sesuatu yang penting harus saya lakukan karena telepon itu adalah panggilan untuk menolong teman wanita saya yang saat itu kondisinya sangat lemah dan harus segera dibawa ke IGD Rumah Sakit. Lalu, saya pun mengiyakan dan segera bergegas untuk membawa teman saya ke RS Beriman. Dari sore hingga akhirnya teman saya dirawat di ruang rawat inap, selama itu pula saya berbicara panjang lebar, ngobrol berbagai hal dari apapun yang bisa kami bicarakan. Seperti kisah cerita dari siswi saya tadi. Ohh yaa bisa begitu yaa memang hubungan antara cowok dan cewek. Dan herannya, setelah ada momen saya ngobrol dengan siswa tadi, topik itu menjadi kenyataan beberapa jam berikutnya. Hidup memang unik.
Sekian
Komentar
Posting Komentar